Kesuksesan penjual kayu bakar
Karya :Khairin Pratama.
Di suatu
rumah gubuk yang tua dan tidak terawat, hiduplah seorang Nenek yang bernama
Mpok Inun yang sudah usia lanjut mereka hidup berdua, dengan cucunya yang
bernama Amir, yang masih berusia 10 tahun. Sejak Amir masih kecil, orang tua
amir telah meninngal. Sehari-hari, seorang nenek ini mencari nafkah dengan
mencari kayu bakar, demi menghidupi kebutuhan dia dan cucunya. Biasanya kayu
bakar ini dipasarkan di tetangga-tengganya yang sedang membutuhkan,
kadang-kadang sehari penghasilan Nenek ini Cuma 10 ribu, dengan harga 2 ribu
perikat, tetapi hasilnya tidak seberapa dengan apa yang telah dia kerjakan
Nenek ini mempunyai impian yang sangat
besar, bahwa ia ingin melihat cucunya bahagia dan menjadi orang sukses suatu
saat nanti, walaupun dari keluarga yang kurang mampu. Amir, yang masih duduk di
kelas 5 Sekolah Dasar ini, jika pergi bersekolah ia harus berjalan 3 Kilo dari
rumahnya, karena lokasi sekolahnya yang cukup jauh. Ia harus berjalan jauh yang
penuh bebatuan, menyebrangi sungai yang cukup deras airnya dan beceknya jalan
yang dilalui, itu semua karena keinginan Amir yang begitu besar, yaitu ingin
membahagiakan Neneknya suatu saat nanti.
Biasanya setelah pulang sekolah,
Amir makan dengan lauk apa adanya, tidak peduli makanan itu enak atau tidak, ia
tak ingin merepotkan neneknya yang sudah tua dan sakit sakitan. Dia sadar bahwa
neneknya lah yang telah merawat dan membesarkannya, dia ingin membalas semua
kebaikan yang telah neneknya berikan dengan ikhlas.
Keesokan harinya, Amir membantu Neneknya mencari kayu bakar karena hari
ini Hari libur sekolah, ia tak bisa mersakan hari libur itu dengan
bermain-main, atau sekedar jalan-jalan dengan keluarga, seperti teman lainnya. Amir
tau bahwa neneknya tidak bisa mencari kayu bakar sendirian, dia hanya ingin
membantu neneknya. Setelah Mereka merasa lelah, mereka istirahat sejenak di
bawah pohon yang besar dengan angin yang sepoi-sepoi. Saat Mereka istirahat,
Amir bertanya kepada neneknya ”Nek, kenapa saat ini aku tidak mempunyai Ibu dan
Ayah seperti teman Amir, mereka begitu di sayangi oleh Ibu dan Ayah mereka,
saya ingin seperti mereka nek”. Nenek menjawab dengan sedih ”Amir, jangan
begitu mir, Ibu dan Ayahmu telah hidup tenang di alam sana, dulu saat kau masih
bayi, Ayah dan Ibumu telah tiada, lagi pula Amir masih mempunyai nenek yang
akan selalu menyayangi Amir”.
8 tahun kemudian, Amir telah tumbuh
dewasa, ia tumbuh menjadi seseorang yang berfikiran dewasa, seseorang yang
baik, dan akhlak yang mulia. Amir yang telah cukup dewasa untuk mencari kerja, ia
berniat mencari pekerjaan ke kota, karena kurangnya lahan pekerjaan di desa. Tetapi
sangat berat untuk dia meninggalkan neneknya yang sudah tua ini sendirian di
rumah. Tetapi Amir ingin mewujudkan cita-cita neneknya, ia tak mau kalau apa
yang telah diinginkan neneknya gagal ia gapai suatu saat nanti. ”Nek, Amir
sudah cukup umur untuk mencari pekerjaan, Amir ingin menjadi orang sukses
seperti yang nenek inginkan, Amir akan terus belajar untuk menggapai kesuksesan
itu”, Kata Amir dengan berat meninggalkan Neneknya pergi ke kota. Nenek
menjawab perkataan Amir dengan penuh kebahagiaan, ”Boleh Mir, Kamu sudah Dewasa
nak, kamu sudah cukup umur untuk mencari pekerjaan yang baik, tapi ingat nak, walaupun kamu sudah sukses
nantinya, kamu jangan sombong karena harta dan pangkat mu nak, itu yang akan
membuat mata hatimu buta, belajarlah hidup
sederhana, ingat bahwa kita dari keluarga yang kurang mampu. Amir juga
jangan lupa dengan nenek ya, karena nenek sangat menyayangi Amir dan merawat
Amir dari bayi sampai sekarang ini,”.(Dengan hati yang bangga)
Keesokan Harinya, Amir Berpamitan dengan
neneknya, disitu ia menangis haru melihat neneknya, karena Amir akan
meninggalkan neneknya ke kota, ia menangis bahagia dengan hati yang sedih. Amir
menuju terminal bus yang lumayan jauh dari kampungnya. Selama perjalanan ia
termenung memikirkan nasib neneknya yang hanya sendirian di rumah, ia berfikir
siapa yang akan merawat nenekku ketika aku di kota nanti. Setelah beberapa lama
menempuh perjalanan, ia telah sampai di kota. Amir tak tau mau tinggal di mana,
terpaksa dia tidur di depan sebuah toko yang sangat besar, karena tidak ada
pilihan lain tempat ia beristirahat, sungguh malam yang dingin dan penuh
kesedihan.
Hari sudah pagi, pemilik toko
telah membuka tokonya pagi-pagi, Amir langsung terbangun, tetapi dia kelihatan
masih mengantuk, mungkin dia lelah karena kemarin ia menempuh perjalanan yang
cukup jauh. Pemilik toko membangunkan Amir yang masih tertidur itu, Amir
meminta maaf karena telah tidur di depan tokonya. “Pak, maafkan saya pak, karena
saya telah tidur di depan toko bapak, saya dari kampung, mau cari tempat kerja,
sekali lagi saya minta maaf pak” kataAmir. “Ooohh.. tidak apa-apa kok.. ooo.. anda mau
cari kerja ya nak ? di toko saya ini juga telah membuka lowongan kerja, anda
boleh kerja di sini” kata si pemilik toko.
Dia sangat senang di terima
bekerja di toko itu, walaupun gajinya tidak seberapa, tetapi ia kumupulkan uang
gajinya itu, tak pernah dia gunakan uangnya itu untuk yang tidak perlu. Dia
punya impian ingin membuat rumah makan sea food terbesar di kota ini dari
usahanya sendiri.
Setelah beberapa tahun dia
bekerja di toko itu, ia memutuskan untuk berhenti, dan melanjutkan membuka
usaha sea food sendiri. Uang yang ia hasilkan lumayan banyak, setengah dari
gaji tersebut ia amalkan ke Panti asuhan, karena ia yakin bahwa setengah uang
miliknya adalah milik orang lain. Pada akhirnya, impiannya terwujud sempurna,
ia berhasil membuat sebuah warung makan sea food sederhana di dekat jalan raya,
dari hasil kerja kerasnya bekerja di toko.
Banyak pelanggan yang suka dengan
masakan Amir, sehingga Warung makan Amir banyak di minati oleh orang banyak dan
menjadi tenar di masyarakat sekitar, dia sangat bangga dalam hatinya. Dia
kumpulkan uang Hasil Kerja Kerasnya itu untuk membuat Rumah makan yang lebih
besar lagi, dan tempatnya bagus dan tidak di dekat jalan lagi.
Setelah beberapa bulan berjualan
di warung, dia berhasil membuka Rumah Makan Sea Food Terbesar di kota itu
dengan beberapa cabang dimana-mana, Karena ia ingat bahwa dengan Kerja Keras, Do’a dan
usaha, Suatu hari nanti akan ada saat dimana impiannya akan menjadi kenyataan. Tidak
pernah dia bayangkan bahwa dia akan sukses dalam hidupnya, dia pernah berfikir
bahwa tidak ada seorang pencari kayu bakar sepertinya yang sukses dalam
hidupnya.
Nenek yang lama semakin tua, Nenek
yang telah mendoakannya hingga saat ini. Mendoakannya agar dia bisa sukses
dalam hidupnya, dan tidak menderita seperti aku yang sudah tua ini. Nenek yang
telah menunggunya tahun demi tahun, tidak ada kabar dari Amir saat dia telah ke
kota, dalam hatinya Amir telah menjadi orang sukses yang Sombong dengan harta
bendanya, yang telah membutakan mata hatinya.
Nenek Amir jatuh Sakit, tak ada
yang bisa membantunya di kampung. Amir tidak tau kalau nenek Amir sedang sakit
di kampung, hari itu Amir sedang berada di Rumah makannya tempat dia bekerja.
Ada seorang pelanggan yang berasal dari kampung Amir bertanya pada Amir “ Eh,
Mir, lu lupa ya sama nenek lu di kampung ? Nenek Lu di kampung noh lagi sakit,
kau tak jenguk kah ? nenek lu nunggu lu noh di kampung“ (dengan nada yang
kasar). Sentak Amir langsung tersadar dan teringat dengan neneknya yang berada
di kampung, Amir tak lama langsung menuju ke kampungnya. Di kampung, Amir melihat
ramainya tetangga sekitar yang berdatangan ke rumah neneknya Amir.
Amir turun dari Mobilnya yang
bagus itu dan langsung berjalan ke rumah neneknya, Amir melihat neneknya yang
sudah tidak berdaya lagi di tempat tidurnya. “Nek, bangun nek,,, ini Amir, cucu
nenek, Amir sekarang udah jadi orang sukses nek, seperti apa yang sudah nenek
cita-citakan dari dulu, Ayo nek kita kerumah sakit” kata Amir dengan hati yang
sedih dan meneteskan air mata. “tak usah Mir, tidak usah, umur nenek tidak lama
lagi mir, yang penting nenek sudah melihat Amir menjadi orang sukses seperti
sekarang ini,.
Dan akhirnya neneknya bahagia
telah melihat Amir yang sekarang ini.
THE END
Terimakasih telah membaca cerita saya :) maaf jika kurang seru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar